NasionalPendidikanSosial

Mahasiswa, Guru dan Dosen Antusias dalam Mengikuti Workshop Model Pembelajaran RADEC di Bali

BALI–Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha dan Prodi Pendidikan dasar SPs UPI bekerjasama dengan salah satu Organisasi Penggerak Indonesia Approach Education (IA Education) mengadakan Workshop Nasional bertema Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Membelajarkan Multiliterasi Menggunakan Model RADEC pada minggu (05/06/2022) .

Workshop diadakan secara luring di gedung pascasarjana Undiksha dan melalui Zoom Meeting dimulai pukul 09.00 – 12.00 WITA. Narasumber yang hadir Prof. Dr. paed. Wahyu Sopandi, M.A yang merupakan Guru Besar UPI, Dr. I Gede Margunayasa, S.Pd., M.Pd koorprodi PGSD Undiksha dan Muh.

Erwinto Imran dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang menjdai fasilitator pada kegiatan tersebut. Acara dibuka oleh Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd sekaligus memberikan sambutan. Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan satu hari tetapi tetapi juga akan dilaksanakan pendampingan kepada guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran multiliterasi menggunkan model RADEC. Kegiatan workshop dihadiri kurang lebih 100 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan guru.

Peserta workshop diberikan modul sebagai sumber belajar selama proses pengerjaan tugas. Peserta yang mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan sertifikat akan dikirimkan sertifikat dua minggu setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan.
Dalam kegiatan workshop tersebut, Prof. Wahyu Sopandi sebagai salah satu narasumber sekaligus pengembang model pembelajaran RADEC menyampaikan materi mengenai model pembelajaran RADEC. RADEC merupakan singkatan dari Read, Answer, Discuss, Explain, and Create. Prof. Wahyu Sopandi Juga menjelaskan tentang urgensi menggunakan model pembelajaran yang dapat membekalai karakter, HOTS, multiliterasi, dan keterampilan abad 21 ini.

Output dari pembelajaran di kelas, menurutnya perlu secara maksimal membuat siswa memiliki semua hal yang dapat menjadi bekal dalam hidupnya. Implementasi model pembelajaran RADEC ini memungkinkan kemandirian, akhlak mulia, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan profil pelajar Pancasila. Selanjutnya, penerapan model RADEC ini akan membiasakan siswa untuk membaca membaca buku teks pelajaran dan sumber-sumber lain yang tersedia sebelum pembelajaran tatap muka/maya (Read), setelah itu, mereka diminta untuk menjawab secara mandiri pertanyaan prapembelajaran yang bertemali dengan sumber informasi yang telah dibacanya (Answer).

Selanjutnya, saat tatap maya/muka, siswa diminta untuk mendiskusikan hasil jawabannya dengan teman-teman kelompok kecil (Discuss). Selanjutnya siswa melaksanakan tahap selanjutnya yaitu tahap menjelaskan (explain) secara klasikal di depan kelas yang disimak oleh guru dan teman-teman kelompok yang lain. “Tahap terakhir adalah mencipta (create) dimana ini akan menuntut kemampuan siswa memiliki ide mandiri (penyelidikan, pemecahan masalah atau membuat karya), menyepakati ide kelompok, merencanakan realisasi ide, merealisasikan ide, membuat laporan dan menyajikan laoprannya.

Dalam kegiatan tersebut, Wahyu berharap bahwa setelah kegiatan workshop selesai, semua peserta kegiatan dapat berpartisipasi memasyarakatkan, meneliti atau mengimplementasikan model pembelajaran model RADEC. Dia menekankan bahwa model pembelajaran ini tak akan kalah kualitasnya dengan model pembelajaran inovatif yang dikreasi ahli-ahli pendidikan baik dari Amerika ataupun Eropa.

Sebab, Wahyu sendiri pernah mengenyam pendidikan di kedua tempat tersebut. Berbekal dari pengalaman tersebut, dia kemudian menciptakan model pembelajaran yang lebih kontekstual dengan sistem pembelajaran yang ada di Indonesia. Dengan demikian, maka guru-guru di Indonesia tidak akan mendapatkan kesulitan ketika mengimplementasikannya di kelas.

Ketua IAE, Muhammad Erwinto Imran mengatakan model pembelajaran RADEC merupakan model pembelajaran yang inovatif dalam rangka merespon tuntutan abad ke-21.

Menurutnya, model pembelajaran RADEC memosisikan peserta didik sebagai sebagai subjek dan pusat dalam pembelajaran. “Model ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya,” katanya.

IAE sendiri merupakan salah satu dari Organisasi Kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat yang terpilih oleh Kemendikbudristek untuk melatih guru-guru dan Kepala Sekolah di Kota Bandung.

Tags
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close
Close